Monday, February 28, 2011

Raden Setyaki - Sang Bima Kunting


Raden Setyaki putera Prabu Setyajid di Lesanpura, ia juga bernama Wresniwira karena merupakan putra Dewi Wresni, dan disebut juga kesatria Lesanpura. Walaupun Setyaki adalah putra mahkota yang akan menggantikan ayahandanya untuk memerintah di Lesanpura, tetapi ia memilih untuk pergi meninggalkan negerinya dan mengikuti iparnya, Prabu Kresna di Dwarawati, yang merupakan seorang titisan Betara Wisnu.

Di negeri Dwarawati Setyaki dianggap sebagai pahlawan, dan karena kesaktiannya, ia mendapat julukan Bimakunting, artinya Sang Bima (Bratasena) yang kerdil.




Dalam perang Baratayuhda, Setyaki membinasakan banyak musuh dengan senjata, gadanya. Setyaki lanjut usianya hingga setelah perang Baratayudha.




BENTUK WAYANG


Raden Setyaki bermata kedondongan, hidung dan mulut semada, berkumis. Berkadal-menek, berjamang dengan garuda membelakang. Bergelang, berpontoh dan berkeroncong. Berkalung bulan sabit. Kain kerajaan lengkap.

Setyaki berwanda 1 Mimis, 2 Wisuna dan 3 Kakik.

Sedjarah Wayang Purwa, terbitan Balai Pustaka juga tahun 1965. Disusun oleh Pak Hardjowirogo.

==============================
Sumber : http://wayangku.wordpress.com/2008/09/24/raden-setyaki/


Kelahiran

Versi pewayangan Jawa mengisahkan ketika Warsini mengandung, ia mengidam ingin bertamasya menunggang macan putih. Satyajit mendatangkan para keponakannya, yaitu Kresna, Baladewa dan para Pandawa untuk ikut membantu. Ternyata yang berhasil menangkap macan putih idaman Warsini adalah Kresna.

Namun, macan putih tersebut penjelmaan Singamulangjaya, patih Kerajaan Swalabumi yang diutus rajanya, yaitu Prabu Satyasa untuk menculik Warsini. Singamulangjaya segera membawa Warsini kabur begitu naik ke punggungnya.

Kresna yang dicurigai Satyajit segera mengejar Singamulangjaya. Di tengah jalan, Singamulangjaya mencoba mengeluarkan isi kandungan Warsini. Lahirlah seorang bayi yang bukannya mati, namun justru bertambah besar setelah dihajar Singamulangjaya. Akhirnya, bayi tersebut berubah menjadi pemuda dan membunuh Singamulangjaya. Arwah Singamulangjaya bersatu ke dalam diri pemuda itu.

Warsini memberi nama putranya yang sudah dewasa dalam waktu singkat itu dengan nama Satyaki. Kresna pun menemukan mereka berdua. Bersama mereka menyerang dan membunuh Satyasa sebagai sumber masalah. Satyaki kemudian menduduki Kerajaan Swalabumi sebagai daerah kekuasaannya.


Sayembara untuk Satyaboma

Dalam pewayangan Jawa dikisahkan Satyaboma dilamar oleh Drona dengan dukungan para Korawa. Tujuan lamaran ini hanya sekadar untuk menjadikan Kerajaan Lesanpura sebagai sekutu Kerajaan Hastina. Satyaki segera mengumumkan sayembara bahwa jika ingin menikahi kakaknya harus bisa mengalahkan dirinya terlebih dulu.

Satu per satu para Korawa maju namun tidak ada yang mampu mengalahkan Satyaki. Bahkan, Drona sekalipun dikalahkannya. Arjuna selaku murid Drona maju atas nama gurunya. Satyaki yang gentar meminta bantuan Kresna. Maka, Kresna pun meminjamkan Kembang Wijayakusuma kepada Satyaki.

Dengan berbekal bunga pusaka milik Kresna, Satyaki dapat menahan serangan Arjuna, bahkan berhasil mengalahkan Pandawa nomor tiga tersebut. Ternyata Kresna juga melamar Satyaboma untuk dirinya sendiri. Dalam pertarungan adu kesaktian, Kresna berhasil mengalahkan Satyaki dan mempersunting Satyaboma.

Dari perkawinan antara Kresna dan Satyaboma lahir seorang putra bernama Satyaka.


Keluarga

Menurut versi Mahabharata Satyaki memiliki sepuluh orang putra yang semuanya mati di tangan Burisrawa dalam perang Baratayuda.

Sementara itu, menurut versi Jawa, Satyaki hanya memiliki seorang putra saja bernama Sangasanga yang tetap hidup sampai perang berakhir. Sangasanga kemudian menjadi raja Kerajaan Lesanpura sepeninggal Satyajit dan Satyaki. Meskipun demikian, ia tetap mengabdi sebagai panglima Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Parikesit cucu Arjuna.

Sangasanga merupakan putra Satyaki dari perkawinannya dengan Trirasa.


Peran dalam Baratayuda

Dalam perang Baratayuda yang meletus di Kuruksetra, Satyaki memihak para Pandawa. Ia bahkan dipercaya memimpin salah satu di antara tujuh aksohini pasukan Pandawa.

Peran Satyaki tampak menonjol pada hari ke-14 di mana ia ditugasi Arjuna untuk menjaga Yudistira dari serangan Drona. Menurut versi Mahabharata, Arjuna merupakan guru Satyaki dalam ilmu memanah. Sementara itu menurut versi Jawa, murid Arjuna adalah Srikandi yang kemudian menjadi istrinya.

Pada hari tersebut Arjuna bergerak mencari Jayadrata yang telah menyebabkan putranya, yaitu Abimanyu tewas. Satyaki sendiri mati-matian melindungi Yudistira yang hendak ditangkap hidup-hidup oleh Drona sebagai sandera.

Drona adalah guru Arjuna, sedangkan Satyaki adalah murid Arjuna. Namun, dalam pertempuran itu Drona memuji kesaktian Satyaki setara dengan Parasurama, yaitu guru Drona sendiri.

Setelah keadaan aman, Yudistira memaksa Satyaki pergi membantu Arjuna. Dalam keadaan letih, Satyaki menerobos barisan sekutu Korawa yang menghadangnya. Tidak terhitung jumlahnya yang mati. Namun ia sendiri bertambah letih.

Burisrawa maju menghadang Satyaki. Pertarungan tersebut akhirnya dimenangkan Burisrawa. Dengan pedang di tangan ia siap membunuh Satyaki yang sudah jatuh pingsan. Adapun Burisrawa merupakan putra Somadatta yang dulu dikalahkan Sini kakek Satyaki sewaktu melamar Dewaki.

Arjuna yang mengendarai kereta dengan Kresna sebagai kusir sudah mendekati tempat persembunyian Jayadrata. Kresna memintanya untuk berbalik membantu Satyaki. Mula-mula Arjuna menolak karena hal itu melanggar peraturan. Namun, Kresna berhasil meyakinkan Arjuna bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk menolong Satyaki yang sudah bersusah payah datang membantunya.

Arjuna akhirnya memanah lengan Burisrawa sampai putus. Burisrawa terkejut dan menuduh Arjuna berbuat curang. Arjuna membantah karena Burisrawa sendiri hendak membunuh Satyaki yang sudah pingsan serta kemarin ikut serta mengeroyok Abimanyu.

Burisrawa sadar atas kesalahannya. Ia pun duduk bermeditasi. Tiba-tiba Satyaki sadar dari pingsan dan langsung memungut potongan lengan Burisrawa yang masih memegang pedang. Dengan menggunakan pedang itu ia membunuh Burisrawa.

Menurut versi Kakawin Bharatayuddha, Satyaki membunuh Burisrawa menggunakan pedang Mangekabhama, menurut versi Serat Bratayuda menggunakan panah Nagabanda, sedangkan menurut versi pewayangan menggunakan gada Wesikuning.

==============================
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Satyaki

Friday, February 25, 2011

Alap-Alapan Rukmini

“Alap-Alapan Rukmini” merupakan kisah yang menceritakan tentang penculikan Rukmini, anak raja Kumbina, Arya Prabu Rukma, oleh Narayana, anak raja Mandura, prabu Basudewa. Rukmini diperebutkan oleh Narayana dan Durna, pendeta Astina.

Duryudana menyadari bahwa jika Durna, yang berpihak kepada Duryudana, dapat mempersunting Rukmini maka Kumbina, raja beserta prajuritnya dapat dipersatukan dengan negara Astina, yang nantinya dapat membantu dan menambah kekuatan dalam menghadapi perang (Bharatayuda).

Namun Kresna tidak kalah cerdas/ cerdik, ia kemudian berusaha untuk mengambil terlebih dahulu.

Rukmini pun sebenarnya mencintai Narayana dan tidak menyukai Durna. Dalam kisah ini terlihat gambaran tentang peperangan antara keutamaan (Narayana) sebagai penjelmaan dewa Wisnu untuk memenangkan pertarungan melawan kejahatan (Duryudana).


Kata alap berarti ambil/ mengambil tanpa sepengetahuan yang memilikinya. Ini berarti bahwa Narayana mengambil Rukmini tanpa diketahui oleh orang tuanya/ raja Arya Prabu Rukma beserta prajurit kerajaan Kumbina.


Berikut kira - kira jalan cerita selengkapnya... :-)

=================================

Bismaka, raja Kumbina, mempunyai anak perempuan bernama Rukmini. Rukmini gadis cantik rupawan, sehingga banyak raja dan ksatria yang datang melamarnya. Namun lamaran itu belum diterima olehnya, sebab Rukmini jatuh cinta kapada Narayana yang sampai saat itu belum melamarnya. Rukmini dilamar juga oleh Pendeta Drona. Tetapi Rukmini berkeberatan.

Untuk menolak lamaran Duryudana, Rukmini mengajukan sayembara. Bila Pendeta Drona dapat menjelaskan makna ungkapan “Sejatining Lanang” dan “Sejatining Wadon,” Rukmini sanggup diperisterinya. Rukmini berpendirian siapa yang mengerti makna ungkapan itu, itulah suaminya.

Raja Bismaka mengumumkan pendirian Rukmini itu sebagai sayembara kepada semua pelamar, termasuk raja Duryodana.

Rukmana, anak raja Bismaka, diperintahkan untuk memberi tahukan peri-hal tersebut kepada raja Duryudana di Ngastina.

Setelah mendengar sayembara yang diminta oleh Rukmini, Pendeta Drona ingin menjelaskan ungkapan sayembara itu. Pendeta Drona berkata, bila ia berhasil mempersunting Rukmini, kerajaan Kumbina akan bersatu dengan Ngastina.

Keluarga Pandhawa tidak akan dapat meminta bagian kerajaan Ngastina, karena hubungan persaudaraan mereka semakin erat. Raja Duryudana amat senang, maka keinginan Pendeta Drona didukung sepenuhnya. Pendeta Drona diijinkan pergi ke Kumbina, sejumlah warga Korawa membantunya.

Berangkatlah Pendeta Drona dan warga Korawa datang di Kumbina. Dipimpin oleh raja Duryudana.

Raja Bismaka duduk di atas singgasana, rapat dengan Patih Bisawarna, para menteri, hulubalang dan pembesar negara.

Tengah mereka rapat serius, datanglah Rukmana, kembali dari Ngastina dan Ngamarta. Rukmana melapor bahwa telah menjalankan tugas perintah raja, memberi tahukan peri-hal tentang sayembara kepada raja Duryudana dan mengundang kehadiran keluarga Pandhawa.

Tidak lama kemudian Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa datang menghadap raja. Arjuna tidak ikut hadir, karena bertugas menjaga negara.

Raja Bismaka memberitahu-kan rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona.
Raja berkata, Rukmini sanggup diperisteri Pendeta Drona, bila teka–tekinya tepat ditebak maknanya. Sebelumnya warga Pandhawa telah tahu rencana perkawinan Rukmini dengan Pendeta Drona itu, maka kedatangan mereka telah membawa harta pesumbang berupa emas, ratna manikam dan pakaian kebesaran putri - buatan Arjuna.

Setelah selesai penyambutan, raja Bismaka dan Yudhisthira masuk ke istana. Bima, Nakula dan Sadewa diantar Rukmana ke balai peristirahatan. Mereka berjauhan dengan tempat tinggal warga Korawa. Kemudian Rukmana naik kuda memeriksa persiapan perhelatan, penghiasan istana dan kota sekitarnya.

Narayana berbincang-bincang dengan adiknya, Sumbadra. Sumbadra menyatakan kesedihan hatinya karena telah beberapa malam kakaknya selalu pergi sampai jauh malam.

Narayana menjawab bahwa kepergiannya untuk berkunjung ke rumah para pegawai dan terhibur oleh macam-macam pertunjukan. Setiap Narayana hendak pergi, menangislah Sumbadra. Narayana menghiburnya, berlagu tembang kawi, bercerita kecantikan bidadari dan cerita yang lain. Setelah Sumbadra lengah tertidur, pergilah Narayana ke Kumbina, Patih Udawa diminta untuk menjaga adiknya.

Sementara itu Bagawan Abyasa di Wukir Retawu, duduk di wisma Wiyatasasana, dihadap para siswa.

Sang Bagawan sedang menguraikan Aji Jaya Kawijayan. Kebetulan, Arjuna datang bersama punakawan. Arjuna menghormat, lalu menyampaikan berita tentang sanak saudara dan rencana perkawinan putri Kumbina.

Diceritakan bahwa sanak saudara telah hadir di Kumbina, dan Arjuna ingin menyepi di Wukir Retawu. Bagawan Abyasa tidak menyetujui sikap Arjuna itu.

Arjuna diminta supaya menyusul ke Kumbina. Sang Bagawan yang bijaksana itu berkata, bahwa tidak lama lagi akan terjadi perang saudara. Arjuna terkejut mendengar apa yg dikatakan Sang Bagawan, Arjuna berpikir akan terjadi perang Bharatayuda. Ia mohon diri dan Bagawa Abyasa merestuinya.

Arjuna dan punakawan meninggalkan pertapaan Wukir Retawu, menuju ke Kumbina. Di tengah hutan, mereka berjumpa dengan dua Raksasa Besar lagi dahsyat. Raksasa itu utusan raja Wanasasomah untuk mencari daging manusia atas keinginan isteri raja yang hamil muda.

Arjuna hendak ditangkap, sehingga terjadilah perkelahian hebat. Arjuna melepaskan panah, dua raksasa musnah, menjadi Bathara Kamajaya dan Bathari Kamaratih. Arjuna datang menyembahnya. Kamajaya memberi tahu tentang perang yang akan terjadi. Yang terjadi bukan perang Baratayuda, tetapi Pandhawa dan Korawa akan terlibat di dalamnya. Setelah berpesan, Kamajaya dan Ratih naik ke Kahyangan.

Raja Bismaka kembali duduk di atas singgasana, dihadap oleh Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa serta para menteri Negara Kumbina.

Tidak beberapa lama, datanglah raja Duryodana mengawal Pendeta Drona, untuk melamar Dewi Rukmini. Raja menerima kedatangan mereka dengan hormat. Setelah mengutarakan maksudnya, Raja Bismaka memohon agar wakil dari pelamar yang dipimpin oleh Duryodana menebak makna teka-teki sayembara.

Pendeta Drona menjelaskan makna teka-teki. Jawaban Pendeta Drona dianggap benar oleh raja Bismaka. Pendeta Drona disambut oleh raja, supaya masuk ke Taman Keputren, dikawal oleh Rukmana.

Rukmini menjadi kebingungan dan bersedih hati. Ia menganggap jawaban Pendeta Drona tidak benar, maka ia menangis di hadapan ibunya. Ia tidak bersedia dikawinkan dengan pendeta tua itu. Rukmana datang menghantar Pendeta Drona, Rukmini lari ketakutan. Rukmana kembali menghadap raja. Pendeta Drona hendak memeluk permasuri raja yang dikiranya Rukmini. Permaisuri pun lari menyembunyikan diri.

Rukmini meninggalkan istana Keputren, masuk ke Taman. Di Taman ia melihat Narayana, lalu didekatinya untuk minta perlindungan. Rukmini bercerita bahwa dirinya tidak bersedia diperisteri Pendeta Drona, karena ia telah jatuh cinta kepada Narayana. Narayana menyambut dengan senang hati dan sanggup melindunginya.


Pendeta Drona tiba di Taman. Narayana menyongsongnya dalam wujud raksasa besar. Narayana tiwikrama, melangkah menyergap sang pendeta.

Pendeta Drona lari ketakutan, menghadap raja Bismaka dan berkata bahwa raksasa besar masuk di Taman dan membawa lari Rukmini.

Raja Bismaka mendengar laporan peristiwa dalam istana, meminta bantuan Yudhistira dan Duryodana. Warga Korawa dan Pandhawa berusaha melawan raksasa besar itu.

Raksasa mengamuk, Patih Sengkuni lari bersama warga Korawa. Yudhistira didorong-dorong maju menyerang, tetapi hanya diam, berdiri memandang lawannya. Bima cepat-cepat menyambut raksasa, sehingga sang raksasa mundur sembunyi di Taman.


Bima pun menyerang tapi raksasa menghilang. Bima merusak Taman, mencari raksasa. Pandhawa dan Korawa yang hadir di Kumbina tidak mampu melawan raksasa besar itu.

Raja Bismaka berunding dengan Yudhistira, mereka menyayangkan ketidak hadiran Arjuna. Nakula diminta Yudhistira mencari Arjuna, lalu kembali ke Ngamarta. Arjuna sedang menghadap Dewi Kunthi, lalu diberitahu oleh Nakula hal-ikhwal yang terjadi di Kumbina. Arjuna diminta menolong keselamatan negara Kumbina. Arjuna dan Nakula pin berangkat bersama menuju Kumbina.

Raja Bismaka menyambut kedatangan Arjuna. Setelah diberitahu maksud panggilannya, Arjuna pergi ke taman, tempat raksasa bersembunyi. Terjadilah perkelahian antara Arjuna dan Raksasa. Raksasa menghilang, dan dikabarkan mati oleh Arjuna..

Raja Duryodana tahu bahwa raksasa itu sebenarnya Kresna, lalu menyuruh agar Korawa menggempur Randhukumbala di Dwarawati.

Sumbadra dan Udawa sedang asyik membicarakan kepergian Narayana. Tiba - tiba diserang oleh Warga Korawa, akan tetapi tdk sanggup menghadapi patih Udawa. Kemudian Arjuna datang menemui Udawa dan Sumbadra.

Arjuna meminta agar Patih Udawa mencari Narayana, sebab atas petunjuk para Dewa akan dikawinkan dengan Rukmini dari Kumbina.

Sepeninggal Udawa ke Kumbina, Arjuna bercerita kepada Sumbadra bahwa Narayana mati dibunuhnya, karena melakukan pencurian di Kumbina.
Sumbadra marah, lalu Arjuna diserangnya. Arjuna menyerah lalu diikat dan dibawa ke Kumbina.

Sumbadra hendak menuntut kematian Narayana. Arjuna dan Rukmini harus dihukum mati karena mereka penyebab kematian kakaknya
Patih Udawa menemui Kakrasana, lalu diajak pergi ke Kumbina, menunggui perkawinan Narayana dan Rukmini. Mereka menuju ke Kumbina.

Sumbadra menghadap raja Bismaka, menyerahkan Arjuna. Ia menuntut hukuman mati bagi Arjuna dan Rukmini. Raja menerima tuntutan Sumbadra, lalu diminta untuk menghadap permaisuri raja, meminta agar Rukmini diserahkan kepadanya.

Permaisuri raja menjawab bahwa Rukmini bersembunyi di Taman. Sumbadra datang ke Taman dengan keris terhunus. Dilihatnya Rukmini sedang duduk bersedih hati di Taman.

Sumbadra mendekatinya, minta agar Rukmini menyerahkan diri. Setelah mengerti kedatangan dan maksud Sumbadra, Rukmini menyerah dan minta segera dibunuh. Ketika keris hendak ditikamkan ke dada Rukmini, Narayana datang menahannya. Sumbadra tercengang, Narayana ternyata tidak mati. Narayana meminta agar Sumbadra adiknya dan Rukmini meninggalkan Taman.

Raja Duryodana datang menemui raja Bismaka, meminta agar Pendeta Drona segera dikawinkan dengan Rukmini.

Permaisuri berkata bahwa Rukmini tinggal di Taman. Warga Korawa pergi ke Taman tetapi tidak menemukan Rukmini, karena Rukmini dibawa lari Narayana.

Warga Korawa mengamuk, Bima turun tangan memadamkan amukan itu. Warga Korawa berhasil diusir pergi dari Kumbina. Arjuna mencari Rukmini. Setelah bertemu, maka Arjuna, Rukmini dan Sumbadra menghadap raja Bismaka.

Raja telah dihadap oleh Kakrasana, Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa dan warga Kumbina. Rukmini ditanya oleh raja, sungguhkah ia jatuh cinta kepada Narayana. Permasuri bercerita, bahwa telah lama anak perempuannya menerima balasan cinta dari Narayana. Permaisuri menginginkan menantu jelmaan Wisnu.





















Rukmini merasa tentram di dalam pelukan
Narayana atau Kresna, seorang Raja titisan Wisnu
(karya Herjaka HS 2008)



Kakrasana atas nama orang tua dan saudara minta maaf atas kesalahan adiknya. Kemudian, minta kerelaan raja untuk memperisterikan Rukmini dangan Narayana.

Raja Bismaka berkenan, Rukmini dan Narayana disambut dengan pesta perkawinan di Kumbina. (Sumber: Serat Padhalangan Ringgit Purwa. Jilid 23:3-8)

(RS. Subalidinata)

Sumber :

http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-11-cerita-perkawinan-kresna/

http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-12-mendapat-menantu-titisan-wisnu/

Wednesday, February 23, 2011

Jati Diri Kepemimpinan Kresna - Rama Nitis

Yudhistira duduk rapat bersama Kresna, Bima, Nakula, Sadewa, Samba dan Setyaki. Mereka membicarakan nasib Gathotkaca.

Tiba-tiba Gathotkaca jatuh dari angkasa. Mengerang kesakitan, ia merangkak menghadap raja Yudhistira. Kemudian Arjuna datang. Raja meminta agar Arjuna segera menolong Gathotkaca.

Arjuna pun mengambil anak panah yang bersarang di perut Gathotkaca dengan anak panah pula. Maka Gathotkaca sembuh kembali.

Kresna ingat perjanjian yang diberikan oleh Ramawijaya dan Lesmana. Ia lalu minta ijin pergi bersama Arjuna ke Pancawati.




Di Pancawati, Rama Wijaya, Lesmana dan Sugriwa tengah menanti kedatangan Anoman. Kemudian Anoman datang bersama Resi Brantalaras. Rama Wijaya meminta kesediaan sang resi untuk menyembuhkan penyakit Sinta. Sang Resi mendekati Sinta. Setelah diusap dahinya, sembuhlah penyakit Sinta. Lalu Sinta diserahkan kepada Rama Wijaya. Resi Brantapernali datang menghadap Ramawijaya. Dalam pertemuan itu Rama Wijaya ingin menghadiahkan kerajaan Pancawati kepada Resi Brantalaras sebagai upah pengobatan.

Maka Resi Brantalaras pun menjadi raja, sedangkan Resi Brantapernali menjadi patihnya.

Raja Brantalaras duduk dibalai penghadapan, kemudian Cocakrawun datang menghadap, melapor kedatangan musuh dari Ngamarta. Patih Brantapernali diminta menyambut kedatangan musuh. Maka Patih Brantapernali terjun perang melawan warga Pandhawa.

Ternyata Bima, Arjuna Gathotkaca dan Setyaki tidak mampu melawan amukan Brantapernali. Kresna segera datang menolong, dan senjata Cakra dilepaskan. Terkena Cakra, Brangtapernali berubah menjadi Srikandi.

Raja Brantalaras datang bersama Sinta. Kemudian Kresna melepaskan Cakra. Terpanah Cakra, Brantalaras berubah menjadi Sembadra. Sedangkan Sinta lenyap setelah di Cakra, menyatu dalam tubuh Sembadra.

Bathara Guru, Bathara Narada, Bathara Panyarikan dan Bathara Sambu berunding di Kahyangan. Bathara Guru menugaskan Bathara Narada supaya turun ke Marcapada. Anoman disuruh bertapa di Kendalisada, Wibisana diminta memerintah negara Singgela, sedangkan raja Sugriwa dan prajuritnya diminta agar masuk ke api korban, masuk ke Nirwana. Bathara Narada pun turun ke Marcapada.

Rama Wijaya, Lesmana, Wibisana, Sugriwa, Anoman dan Anggada berbicara tentang persahabatan mereka dengan raja Brantalaras dan Brantapernali. Tengah mereka berbicara, datanglah Cocakrawun yang memberi tahu bahwa Brantalaras dan Brantapernali hilang di medan perang. Demikian juga Sinta.

Rama Wijaya marah, lalu pergi ke medan perang. Kresna menyambut kehadiran Rama Wijaya. Terjadilah perkelahian, tetapi tidak ada yang kalah. Rama Wijaya ingat, pernah berjanji akan bersatu dengan manusia jelmaan Bathara Wisnu. Maka Rama Wijaya kemudian lenyap dan bersatu dengan Kresna. Lesmana membela Rama Wijaya, lalu berperang melawan Arjuna.















Prabu Ramawijaya menitis kepada Kresna, manusia jelmaan Batara Wisnu. karya : Herjaka HS

Akhirnya Lesmana menyatu bersama Arjuna. Ternyata Arjuna tidak sanggup bersatu dengan Lesmana sehingga Lesmana dilepas dan menjelma ke dalam Baladewa. Tapi kemudian Lesmana lepas dari Baladewa, dan ingin menjelma kembali pada Arjuna. Arjuna sanggup menerima, tetapi menolak sikap wadatnya.

Anoman bergulat dengan Gathotkaca. Bathara Narada datang melerai, Anoman disuruh bertapa di Kendhalisada. Kemudian Bathara Narada menemui Wibisana dan menyuruh supaya menjaga negara Singgela. Setelah damai, semua perajurit dan warga Pandhawa oleh Kresna diminta kembali ke Ngamarta.

Raja Yudhistira kembali rapat dengan Kresna, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Gathotkaca dan Setyaki. Mereka menyambut kehadiran Sembadra dan Srikandi.

Sugriwa dan prajurit Kera/Wanara yang setia datang menyerang kerajaan Ngamarta. Bima, Gathotkaca dan Setyaki ditugaskan mengusir prajurit kera/wanara tersebut. Bathara Narada datang menemui perwira prajurit kera. Mereka dikumpulkan kemudian disuruh masuk ke dlm perapian agar masuk Nirwana. Kera-kera kecil banyak yang mati oleh prajurit Ngamarta yang dipimpin oleh Bima.

Kerajaan Ngamarta telah aman dan tenteram. Raja Yudhistira mengadakan pesta besar bersama warga Pandhawa.


R.S. Subalidinata
(sumber cerita: Cerita Rama Nitis. KGPAA Mangkunagara VII. Serat Padhalangan Ringgit Purwa Jilid XXXVII. Batawi Centrum: Bale Pustaka, 1932,L.21-24)

Sumber : http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/jati-diri-kepemimpinan-kresna-17-rama-nitis/

Tuesday, February 22, 2011

Permusuhan Narayana dan Kangsa













Kisah pewayangan berikutnya adalah kisah perebutan kekuasaan di Kerajaan Mandura. Kerajaan ini adalah kerajaan yang dipimpin Prabu Basudewa yang merupakan ayah kandung dari tiga bersaudara yaitu Raden Kakrasana setelah tua menjadi Prabu Baladewa, Kresna masa mudanya bernama Narayana, Dewi Sembadra masa mudanya bernama Rara Ireng. Selain anak kandung Basudewa punya anak yang tidak jelas bernama Kangsa.

Kangsa inilah yang manunggal dengan hawa nafsu sudah merebut tahta masih juga ingin membunuh putra – putri Basudewa.


Berikut kisahnya:

Gorawangsa adalah seorang raja dari Kerajaan Guwabarong/Sangkapura, raja ini sudah lama jatuh hati kepada Dewi Maerah ( Amirah ) yaitu istri Prabu Basudewa, tidak dijelaskan dengan detil apakah percintaan mereka memang percintaan terlarang karena saling mencintai ataukah ..., memang Dewi Maerah korban kejahatan Gorawangsa.

Hingga tiba suatu kesempatan , disaat kondisi Kerajaan Mandura sedang ditinggal rajanya berburu, dan kerajaan sementara dipercayakan pada saudaranya Haryo Prabu.
Kesempatan ini digunakan oleh Gorawangsa untuk menyelinap masuk ke Istana , raja raksasa ini merubah wajahnya menjadi Prabu Basudewa, dengan mudah masuk kedalam istana.

Para penjaga dan Haryo Prabu pun tidak mengetahui apakah itu Prabu Basudewa asli ataukah palsu. Hingga akhirnya perilaku Gorawangsa ini ketahuan oleh Basudewa yang pulang dari berburu, selanjutnya menjadi dimulainya perang dingin tiada hubungan asmara lagi antara Basudewa dan Dewi Maerah.

Hingga akhirnya Dewi Maerah hamil dan diusir dari Mandura, kemudian diterima oleh Suratrimantra adik dari Gorawangsa di Kerajaan Guwabarong, disinilah Kangsa lahir dan Dewi Maerah meninggal saat melahirkanya. Disini juga Kangsa dididik dan diprovokasi oleh Suratrimantra agar kelak menjadi Raja di Mandura.


===============================================

Di Kahyangan Bathara Narada rapat bersama Bathara Indra, Bathara Brahma, Bathara Bayu, Bathara Sambu, Bathara Wisnu dan Bathara Basuki.

Bathara Narada menyampaikan perintah Bathara Guru, agar supaya Bathara Wisnu menjelma ke dunia bersama Bathara Laksmanasadu.

Karena dahulu kala sewaktu Rama memerintah Ayodya telah dijanjikan kelak akan menjelma ke dunia bersama Laksmana maka sekarang janji itu digenapi. Bathara Wisnu menjelma bersama Bathara Laksmanasadu.





















Namun penjelmaan mereka tidak bisa langsung, harus dengan perantara. Untuk itu Bathara Wisnu menjelma dalam wujud harimau putih, sedangkan Bathara Laksmanasadu dalam wujud ular naga. Bathara Basuki ingin ikut menjelma bersama Hyang Laksmanasadu. Bathara Brahma dan para dewa menyetujuinya. Lalu mereka bertiga turun ke dunia menuju hutan Kumbina.
















macan putih jelmaan Bathara Wisnu menyerang Basudewa
(karya Herjaka.HS 2008)


Raja Basudewa bersama Ugrasena yang sudah berada di tengah daerah perburuan tiba-tiba didatangi prajurit memberi tahu, bahwa di daerah perburuan datang harimau putih bersama ular naga. Raja Basudewa turun mendekat ke tempat harimau dan ular naga. Tanpa diduga, cepat bagai kilat, harimau dan ular naga tersebut menyerangnya dengan berani.

Raja menghindar, lalu melepaskan panah. Panah tepat mengenai sasaran, dan tubuh harimau tersebut tergolek. Keajaiban terjadi, tubuh harimau segera menghilang. Jasmaninya merasuk ke tubuh Dewi Badraini, isteri Basudewa, dan ruhnya masuk ke tubuh Kunthi, isteri raja Pandhu. Kemudian ular naga menyerang tapi mati terkena panah.

Tubuh ular juga menghilang berubah wujud menjadi Bathara Basuki dan Bathara Laksmanasadu, dan merasuk kepada Rohini, isteri Basudewa.

=================================================


Anak-anak Basudewa dari Istri Dewi Rohini yaitu Kakrasana, dan dari Istri Dewi Badraini yaitu Narayana, dan Rara Ireng, Narayana dan Rara Ireng ini sebenarnya kembar lahir bersama-sama, ketiganya sejak kecil dititipkan kepada Demang Antiyogopa di pertapaan Widorokandang.

Berkat pendidikan di pertapaan inilah ketiga putra Basudewa ini tumbuh menjadi orang yang baik, mereka punya ciri fisik kalau Narayana kulitnya hitam, kalau Kakrasana kulitnya bule dan Rara Ireng parasnya cantik.

Ketika tumbuh dewasa Kangsa datang ke Mandura dan berhasil mengusir Basudewa dari Mandura, kurang puas hanya dengan kudeta/mengusir, selanjutnya berkeinginan juga membersihkan keturunan Basudewa (pembersihan etnis ) sementara anak-anak Basudewa tidak ada di Mandura.

Kangsa menyuruh Kala Akura dan para prajurit untuk menyerang Widarakandang, dan menangkap tiga anak Basudewa.

Prajurit Sengkapura yang dipimpin oleh Kala Akura menyerang Widarakandang. Kebetulan Kakrasana dan Narayana sedang pergi ke pertapaan. Demang Anantagopa ditangkap dan dibunuh, namun Sembadra dan Larasati berhasil dibawa lari oleh Nyai Sagopi. Nyai Sagopi, Sembadra dan Larasati berjumpa Arjuna. Mereka minta perlindungan. Raksasa yang mengejar mereka musnah oleh Arjuna. Setelah bebas dari serangan raksasa mereka sepakat untuk mencari Kakrasana dan Narayana.

Dilain tempat Agar Kangsa tidak susah-susah mencari keturunan Basudewa maka diperoleh akal yaitu berunding dengan Basudewa dan mengatakan sebenarnya dia adalah orang yang berhak jadi Raja di Negeri Mandura tetapi cara ini tidak jantan , sebagai kesepakatan dihasilkan bahwa akan diadakan adu jago ( Adu Ayam Jago ) kalau Basudewa menang silahkan menduduki tahtanya lagi , tetapi sebenarnya adu orang yang jago berkelahi.

Maka diutuslah Ugrasena saudaranya pergi untuk mencari jago oleh Basudewa. Ditengah perjalanan Ugrasena bertemu Kemenakannya sendiri yaitu Bima, Karena Bima adalah putra Dewi Kunti yang merupakan adik dari Basudewa. Bima tidak keberatan menjadi jago karena punya kepentingan juga sedang mencari Arjuna yang telah lama pergi, ia meminta agar dibantu.

Sementara itu Narayana yg telah sempurna berguru kepada Bagawan Padmanaba di gunung Giripura.




















=Narayana berguru kepada Begawan Padmanaba ditemani abdi setia.
Hasil dari berguru tersebut, Narayana mendapatkan
Kembang Wijayakusuma dan Panah Cakrabaskara (karya Herjaka HS)=


Bagawan Padmanaba menganugerahkan kembang Wijayakusuma dan senjata Cakrabaskara. Kemudian sang bagawan merasuk menyatu dengan Narayana.

Setelah menerima senjata sakti itu, Narayana pergi ke gunung Argasonya mencari Kakrasana. Kakrasana telah menerima anugerah dari Kahyangan berupa senjata Nanggala dan Alugora. Bhatara Brama memberi mantera Jaladara. Setelah saling bercerita hal perolehan senjata dan kesaktian, Narayana dan Kakrasana kembali ke Widarakandhang.

Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Nyai Sagopi bersama Sembadra, Larasati dan Arjuna. Nyai Sagopi bercerita tentang kematian Kyai Anantagopa dan hancurnya Widarakandhang. Kakrasana marah ingin membalas kematian Kyai Anantagopa. Ia tahu bahwa Kangsadewa ingin mengadu manusia melawan jago dari kerajaan Mandura. Narayana ingin melihatnya, maka mereka berangkat ke Mandura.

Ugrasena telah mempersiapkan gelanggang adu jago. Orang-orang berbondong-bondong ingin menyaksikan pertarungan jago Kangsadewa dengan jago raja Basudewa. Kangsadewa dan Basudewa duduk bersanding, menyaksikan pertarungan jago masing-masing. Suratrimantra telah naik ke panggung menanti kedatangan Bima.

Tak lama kemudian Bima naik gelanggang, maka pertarungan dimulai. Perang belum berlangsung lama, Suratrimantra tewas terkena tusukan kuku pancanaka. Lantas Suratrimantra digotong oleh dua abdinya yang bernama Kala Caruna dan Kala Mustika untuk kemudian dimasukkan ke kolam air semangka.

Setelah masuk di kolam tersebut Suratrimantra hidup kembali dalam keadaan segar bugar, lalu maju ke gelanggang. Berkali-kali Suratrimantra mati dibunuh oleh Bima, tapi selalu hidup kembali. Semar Badranaya mengetahui kesaktian Suratrimantra, lalu menyuruh Arjuna supaya pusaka keris Kyai Pulanggeni dimasukkan ke dalam kolam. Setelah dimasuki Pulanggeni, air kolam mendidih. Dengan demikian akhirnya Suratrimantra tidak mampu hidup kembali. Kangsadewa mengerti bahwa jagonya hancur dalam kolam, lalu meloncat ke panggung.

Kakrasana datang menghadapi Kangsadewa. Kangsadewa menyerang, tetapi Kakrasana menyambut dengan Nanggala dibarengi oleh Narayana yang melepaskan senjata Cakra ke tubuh Kangsadewa. Terkena dua senjata sekaligus, yaitu Cakra dan Naggala, Kangsadewa mati seketika. Dengan matinya Kangsadewa, permusuhan antara Kangsadewa dan Narayana atau Kresna berakhir.

Setelah tenang raja Basudewa menyambut tiga putranya. Kakrasana, Narayana, Sembadra, Bima dan Arjuna diajak masuk ke istana. Ugrasena yang mengantarkannya. Raja Basudewa menyatakan kegembiraannya. Kakrasana dan Narayana dipeluknya, dan dipuji kesaktiannya. Arjuna dan Sembadra di pangkunya. Arjuna duduk di paha kanan dan Sembadra di paha kiri. Raja Basudewa berkata, Sembadra jangan bersuami kalau tidak dengan Arjuna. Sejak saat itu Sembadra dipertunangkan dengan Arjuna.

Dengan matinya Kangsadewa, negara Mandura damai, raja mengadakan pesta keselamatan.


Sumber :

http://budayajawa.wordpress.com/2008/10/16/kangsa-adu-jago/

http://www.tembi.org/wayang/kresna15.htm

http://www.tembi.org/wayang/kresna16.htm

Quote :

"Setinggi apa pun kebijakan yang terucap di bibir atau tertulis di buku. tak lebih berarti daripada yang terpatri dalam hati."

Monday, February 21, 2011

Lakon Wayang : Alap - alapan Jembawati




















==========================================================

Dewi Jembawati, adalah istri pertama Prabu Kresna, raja Dwarawati. Jembawati adalah anak dari Begawan Kapi Jembawan, seorang resi yang pada waktu muda pernah menjadi senapati kerajaan Ayodya ketika perang melawan Alengka di jaman Ramayana.

Sementara ibu dari Jembawati adalah Dewi Trijata, anak dari Wibisana, raja Alengka setelah Dasamuka mati.

Perkawinan Jembawati dengan Kresna, memiliki 2 orang putra, yaitu Samba, dan Gunadewa, yang hidup bersama kakeknya , Jembawan di padepokan Gadamadana.

==========================================================

Ksatria Merebutkan Jembawati

JEMBAWATI, anak dari Resi Jembawan, dikenal dengan keelokannya. Siapa pun mereka selalu berusaha untuk merebutkan sang dewi. Banyak upaya yang dilakukan oleh para raja-raja yang berkuasa saling beradu, tetap saja membuat mereka bertekuk lutut atas kecantikannya.

Sayembara pun dilakukan, siapakah yang menang?

Kisah perebutan Jembawati itu dihadirkan oleh Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo, Sabtu (16/1) malam lalu. Kelompok wayang orang legendaris itu mengusung lakon

“Alap Alapan Jembawati” di Gedung Ki Narto Sabdho, kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS).

Alkisah, Prabu Sektiraja bertekad ingin melamar Jembawati. Di lain tempat, para ksatria juga menginginkan hal yang sama.

Sebutlah, Raden Permadi/Arjuna dengan para punakawan juga berkeinginan yang sama. Dalam perjalanannya, di hutan dia dihadang oleh para raksasa dan cakil.
Beruntung, ia menang dan bisa melanjutkan ‘’misinya’’.

Di hutan lainnya, terdapat Raden Narayana yang sedang bersemedi. Datanglah Prabu Kala Kaneka yang juga ingin memperoleh Jembawati. Terjadilah pertarungan.






















Narayana tak mengetahui, Kala Kaneka adalah jelmaan Batara Narada. Pertarungan itu hanyalah cara Narada menguji Narayana, sekaligus memberitahu bahwa jodohnya (Jembawati) sedang diperebutkan para ksatria dari berbagai kerajaan.

Sementara itu, Jembawan dan Dewi Trijatha berunding beserta putrinya untuk berembuk, mencari jalan pemecahan atas banyaknya pelamar.

Maka, disepakatilah sebuah sayembara. Lalu datanglah, Narayana dan Arjuna untuk menyanggupi melawan para raja-raja dan sayembara tetap dilakukan.

Konspirasi pun terjadi, Prabu Sektiraja membuat kongkalikong dengan para raja untuk mengalahkan Narayana.

Narayana pun kewalahan dikeroyok. Saat tersungkur, dia berubah bertriwikrama menjadi raksasa karena dia merupakan titisan Wisnu. Dengan wujud raksasa itu, dia pun memenangi pertarungan.






















Namun karena mengamuk tak terkendali dan menghindari menghancurkan bumi, Arjuna datang dan memanah Narayana hingga kembali ke wujud aslinya.

Pada akhirnya Narayana menemukan jodohnya dan mempersunting Jembawati.

(Garna Raditya-87)

Sumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/19/95623/Ksatria-Merebutkan-Jembawati






















(Prabu Kresna Memegang Cakra)

Sunday, February 20, 2011

Kisah Wayang : Narayana Ngalalana(berpetualang)

My Favorit : Lakon Wayang :-)













“Kelahiran Narayana” merupakan awal peristiwa dari sebuah tanda akan adanya bahaya kekacauan dunia yang disebabkan oleh perilaku makhluk-makhluk jahat, seperti: Kangsa, Bomanarakasura, Duryudana, Dasasukma, dan sebagainya.

Narayana merupakan manifestasi dari Wisnu. Ideologi Wisnu yakni reksakaning jagad atau penjaga dan pemelihara alam semesta. Jika ada makhluk jahat yang ingin menghancurkan alam semesta dan mengubah tatanan dunia, maka Narayana/ Kresna tampil ke depan untuk menghancurkannya.


Kisah Wayang : Narayana Ngalalana(berpetualang)

Raja Mandura Basudewa mempunyai seorang putra dari istri ke 3 bernama Narayana yg terpaksa harus dititipkan pada salah satu pertapa yg pd saat itu kerajaan Mandura mengalami ancaman dari pihak jahat, dikisahkan sblmnya ada seseorang yg ingin diaku sbg anak padahal sebenarnya ia adalah keturunan dedemit dari Kerajaan siluman Bata Mera.

Dahulu Dewi Maerah sempet menjalin hubungan dengan Raja Mandura, rajapun akhirnya mengabulkan keinginannya, demi keamanan anaknya Raja Mandura menitipkan Narayana pd seorang pertapa yg bernama Resi Padmanaba, Raden Narayana mempunyai saudara bernama Kakrasana & Dewi Mayang Arum.



















Cakra Udaksana, Kembang Cangkok Wijaya Kusuma,Tiwikrama ilmu yg dibekali Resi Padmanaba.

Bertahun tahun Narayana dibimbing Resi Padmanaba dan akhirnya dia hrs berpetualang untuk mengamalkan ilmu dan sekaligus untuk merebut kembali kerajaanya yg direbut paksa oleh Kangsa Dewa, sebelum menjalani petualangan Bambang Narayana diberi wasiat oleh Resi Padmanaba berupa senjata yg dinamai Cakra Udaksana : Sejata penumpas kejahatan dan pembela keadilan.

Cakra Udaksana tdk boleh digunakan sembarangan begitu wasiat Sang Guru, Cakra Udaksana senjata yg hanya cukup dipanggil dlm hati saja apabila akan dipergunakanya, Cakra tersebut tertanam dalam dada kanan Narayana, Narayana dilarang menepuk dada sebelah kirinya karena apabila itu ia lakukan maka darah dalam tubuhnya akan mendidih dan naik ke otaknya dan Cakra Udaksana berputar diotaknya dan akan menjadikan lupa diri.

Kembang Cangkok Wijaya Kusuma/Cangkok Wijaya Mawar adalah kembang yg dpt membangkitkan orang yg mati sebelum ajalnya/sebelum waktunya. Kembang itupun diberikan pd Narayana, selain itu iapun dibekali Ajian Tiwikrama atau Ajian merubah wujud menjadi raksasa sebesar anak gunung, dalam menurunkan ilmu tersebut Padmanaba(padma=kembang,naba=wadah) akan tilar dunia bila ilmu itu sudah beralih pd Narayana,sblm meninggal Narayana boleh memakai nama Padmanaba.

Dalam perjalanannya menuju pertapa Argasunyo untuk menjemput Kakaknya. Narayana berpapasan dengan makhluk serupa Wanara(monyet) ia adalah teman dari Resi Padmanaba, ia juga seorang pandita dari pesantren Waganda Mendana, ia yg nantinya akan menjadi mertua Narayana. Resi Kapi Jemawa mempunyai putri bernama Jemawa Wati yg konon sosoknya tak seperti ayahnya tapi dia seorang manusia.

Jemawati pernah bermimpi dan dlm mimpi ia bertemu seseorang berwajah rupawan pemuda itu tiada lain adalah Narayana, Endang Jemawati jatuh hati pd pemuda dlm mimpinya itu lalu ia mengutarakan keinginanya pd ayahnya, karena sayangnya pd anaknya Resi Kapi Jemawa sang ayah berusaha mencari pemuda yg dimaksud putrinya hingga akhirnya ia bertemu dengan Narayana.


Dlm pertemuannya dgn Narayana, Narayana menolak ajakan Kapi Jemawa untuk bertemu Jemawawati, berbagai usaha tlh dilakukan Kapi Jemawa agar dpt membawa Narayana hingga akhirnya Narayana dibuat tidur dengan ajian sirep begananda yg dimiliki Kapi Jemawa. Narayana akhirnya dibawa ke pesantren Waganda Mendana dlm keadaan tidur untuk dipertemukan dengan putri Jemawati,setelah sadar dari tidurnya Narayana bertemu dng Jemawati iapun jatuh hati.














Kembar Selasih(anak kembar anak bulai & anak hitam)

Setelah bertemu dgn putri Resi Kapi Jemawa iapun meneruskan perjalanannya namun sebelum pergi Kapi Jemawa memberi Cermin Lopian yg gunanya untuk melihat kejadian dimasa lalu atau saat ini.

Namun ada pantangan yg harus ia hindari. Lopian akan buram dan tak akan bisa melihat apapun dlm cemin apabila hati pemiliknya dalam keadaan kotor, Lopian disimpan dlm dada setelah diterima Narayana. Narayanapun berpamitan untuk menuju Pesantren Argo Sunyo. Dalam mimpi Kangsa Dewa ia didatangi Prabu Gora Wangsa(ayahnya) yg mengingatkan bahwa ia akan menemui takdirnya dan menemui ajalnya apabila ia bertemu dengan anak kembar selasih atau anak bulai dan hitam. Begitu juga Cerita Resi Kapi Jemawa sama seperti yg diungkapkan oleh Resi Padmanaba.

Basudewa adalah kakak dari Pandu Dewanata & Narayangan : Yudistira, Bima dan Arjuna mereka adalah anak kandung Dewi Kunti, jadi Arjuna adalah adik Kresna(Narayana) putra Basudewa jadi Arjuna dan dua sodaranya memanggil paman pd Basudewa. Ketika itu Pandudewanata, Dewi Kunti, Narayangan sedang menyamar untuk mengelabui Kangsa Dewa raja dzalim.

Senopati Gorawati adalah adik prabu Gora Wangsa, bibinya Kangsa Dewa dlm tugasnya mencari kembar selasih berpapasan dgn Bima, Arjuna, Semar, Gareng Petruk dan Bagong, karena kebetulan tubuh Semar hitam dan Petruk bulai maka ia mengira merekalah yg dimaksud kembar selasih maka terlibatlah bentrokan fisik,dlm perjalanan Narayana saat itu melihat kejadian tersebut, Karna Narayana belum mengenal mereka Narayana mengeluarkan Cermin Lopian lalu tertera jati diri mereka, setelah diketahui oleh Narayana bahwa mereka (Bima, Arjuna) adalah sodaranya dari Bibi Dewi Kunti ia menolongnya dgn segera mengeluarkan Cakra Udaksana lalu melemparkannya dan mengenai Gorawati seketika, disaat ia akan membunuh Bima.

Inilah awal pertemuan Narayana atau Kresna dengan sodaranya khususnya Arjuna.
















============================================================

Sumber : http://forum.detik.com/showthread.php?p=5736

Apabila dalam dunia politik internasional dikenal sebutan "DIPLOMAT", di dunia pewayangan predikat itu layak disandang oleh seorang tokoh yang keahliannya setaraf dengan profesi tersebut. Dia adalah Kresna awatara (titisan) Dewa Wisnu pemelihara perdamaian pengendali keadilan dan kesejahteraan umat di Jagat Raya.

Anak Raja Basudewa dari Dewi Mairah itu mempunyai keahlian berbicara fasih, taktis, diplomatis, disegani kawan maupun lawan. Kadang-kadang ia menggunakan bahasa sindir yang tajam tapi tidak terasa menusuk hingga orang yang kena sindir tidak menaruh dendam atau marah selain mengakui kebenarannya.

Sebagai diplomat ia berpandangan luas mengenai hubungan dan kepentingan masalah mancanegara, terutama konflik antara Kurawa dan Pandawa mengenai hak pemilikan atas tahta kerajaan Astina yang dituntut kaum Pandawa. Keahlian lain ialah, mengatur taktik strategi perang. merusak konsentrasi lawan dan mengantisipasi situasi kritis yang dihadapi.

Sebagai titisan Wisnu tak heran bila ia memiliki segudang ilmu dan peralatan serba canggih antara lain Gampar(Cermin) Lopian, semacam komputer pencari data kelemahan lawan atau untuk menemukan barang yang hilang termasuk identitas seseorang. Peralatan lain yang dimiliki berupa sekuntum bunga disebut Sekar Wijaya Kusuma, berkhasiat menyembuhkan orang sakit, bahkan menghidupkan yang mati belum waktunya. Sedang senjata andalan berteknologi tinggi adalah Cakra, semacam peluru kendali antar benua yang mampu mencapai sasaran dimanapun tempatnya. Akhirnya peralatan tercanggih berupa ajian Triwikrama. Tri = Tiga; Wikrama = Langkah.



Dengan ber Triwikrama tubuhnya menjadi besar dan tinggi bagai raksasa Kala Mercu bertangan seribu. Jagat yang besar dan luas dari ujung ke ujung ini hanya dicapai dengan Tiga Langkah saja. Jika melangkah jagat akan miring ke arah tempat kakinya berpijak sehingga betapa mudahnya jika ia ingin melumat jagat semudah membulak-balikkan telapak tangan. Tetapi karena pemiliknya terikat oleh konvensi hukum kemanusiaan sesuai tugasnya sebagai pemelihara perdamaian dan pengendali keadilan, senjata penghancur jagat itu tak boleh dipergunakan dengan sewenang-wenang, kecuali menghadapi kekuatan destruktif yang membahayakan keselamatan umat manusia.

Tetapi berbeda menurut pustaka Kresnayana, penampilan anak Basudewa itu lebih nampak sifat "Kemanusiannya" daripada sifat "Kewisnuannya".


Faktor penyebabnya, dalam kisah Mahabharata jalan cerita lebih banyak didominasi oleh liku-liku kehidupan kaum Kurawa dan Pandawa. Pernah ciri Kewisnuannya ia perlihatkan ketika bertindak sebagai duta perdamaian ke negara Astina guna mencegah perang antara kaum Kurawa dan Pandawa mengenai tahta kerajaan Astina.

Namun agaknya maksud baik sang duta dianggap merugikan kaum Kurawa sehingga timbul niat jahat untuk mencelakakannya.

Di saat itulah Kresna bertriwikrama nyaris melumat habis bangunan-bangunan mewah, jika saja rasa kesadaran tidak menggugahnya. Ia sadar bahwa neraca tulisan Tuhan YMK tidak akan mengubah apa yang telah ditentukan dari Lohmahfuznya, bahwa perang besar Bharatayudha tidak dapat diubah lagi kepastiannya.

Justru dalam perang itu Kresna akan berperan penting sebagai Sutradara pengatur laku pengendali keadilan dan walaupun ia berada di pihak Pandawa, tetapi tak boleh terlibat secara fisik melainkan sebatas hanya menjadi penasehat saja.




======================================================================
Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi jalan.
Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap di balas dengan buah.